Tak semua orang menyukai kopi pahit karena rasanya yang menusuk lidah, dan meninggalkan jejak getir di ujung rasa. Namun justru di situlah letak kejujuran si kopi. Ia tidak menyembunyikan apapun dan apa adanya. Tidak ada gula yang menutupi karakter aslinya. Kopi pahit mengajarkan kita tentang integritas.
Dalam aktivitas kita sehari-hari, integritas kerap diuji. Kita dituntut untuk tampil sempurna, memberi hasil terbaik, dan bersaing secepat mungkin. Dalam tekanan seperti itu, mudah untuk tergoda menambahkan “pemanis”, sedikit manipulasi data, sedikit basa-basi kosong, sedikit janji yang tak sungguh-sungguh. Lama-lama, kita lupa rasa asli dari siapa diri kita.
Integritas itu sama halnya seperti kopi pahit, tidak butuh tambahan apa-apa. Ia kuat karena kejujurannya. Ia dihormati bukan karena menyenangkan semua orang, tetapi karena bisa dipercaya.
Integritas membuat seseorang tetap tegak saat badai datang. Ia tidak goyah oleh godaan keuntungan sesaat, tidak retak oleh tekanan jabatan, dan tidak luluh oleh ketakutan kehilangan. Sama seperti kopi pahit yang tak berubah rasa meski dibiarkan lama, integritas sejati tetap kokoh meski diuji waktu.
Memilih untuk menjaga integritas mungkin tidak selalu membuat kita jadi yang paling cepat naik. Tapi seperti kopi pahit yang dinikmati para pecinta kopi sejati, mereka yang berpegang pada integritas akan selalu punya tempat di hati mereka yang tahu nilai kejujuran.


